JINGKRING
- Yan Putra
- Feb 11, 2015
- 3 min read
Di suatu hari yang cerah, anak saya yang Sulung sedang bermain dampu bersama dengan tiga orang teman tetangga rumah kami. Permainan ini cukup sederhana. Para pemain cukup membuat 9 garis kotak di aspal jalanan dengan menggunakan kapur atau bata merah. Cara bermainnya adalah melempar batu atau pecahan genting ke dalam kotak dengan tidak boleh keluar atau mengenai garis batas kotak, lalu lompat dengan satu kaki dalam kotak yang tidak ada batunya dan tidak boleh menginjak garis serta batu peserta lainya. Setelah selesai peserta harus mengambil batu dengan tetap bertumpu pada satu kaki, lalu melompat kembali pada garis awal. Kelihatannya mudah ya, tapi kalau tidak seimbang, sudah pasti si pemain akan terjatuh dan dianggap kalah. Sambil tersenyum kecil, kegiatan si Sulung membuat saya mendapat sebuah perenungan yang baik tentang sebuah peran keluarga. Bahwa, ada banyak keluarga yang tanpa mereka sadari, perilaku mereka telah membawa kehidupan mereka sendiri seperti sedang bermain dampu. Mereka sering berjalan jingkring, di mana kedua kaki tidak berdiri bersama-sama untuk membuat keselarasan saat menggerakkan keluarga, sehingga mereka sering tidak seimbang dan tidak sedikit yang terhempas kepada kehancuran. Ya, memang ada banyak keluarga yang seperti sedang bermain dampu ini. Dimana seharusnya peran ayah dilakukan oleh seorang pria, malah berubah sang wanita yang menjalankan tugas mencari nafkah. Dimana seharusnya peran ibu untuk menjaga anak-anaknya, dan juga sebagai isteri yang menolong suami, malah orang lain yang mengambil alih tugas dan tanggung jawab ini. Ketidakseimbangan ini akhirnya mencerai beraikan hubungan yang seharusnya harmonis di dalam bahtera rumah tangga. Bahkan peran anak pun tidak kalah carut marut di dalam ketidakseimbangan ini. Mereka berani menjadi orang-orang yang mengambil alih otoritas orangtua dan menjadi pemberontak di dalam keluarga. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya, selain setiap anggota keluarga kembali melakukan perannya masing-masing. Di dalam Efesus 5:22-28, Rasul Paulus memberikan nasihatnya bagi para anggota keluarga, bukan hanya untuk suami saja, tetapi juga untuk isterinya agar masing-masing dari mereka melakukan apa yang seharusnya seorang Kristen lakukan sebagai anggota sebuah keluarga. Ketika Anda mengucapkan sebuah janji pernikahan, maka sejak itulah tanggung jawab-tanggung jawab mulai berlaku. Tidak ada berkat yang diturunkan dari sorga untuk sebuah keluarga yang tidak dapat hidup dengan rukun dan saling mengasihi. Karena sebuah keluarga adalah hakikat dari kesatuan yang Tuhan canangkan bagi dunia sejak bumi dibentuk. Tuhan sangat menyukai keluarga yang penuh damai, kerukunan, saling mengasihi, dan saling mendukung satu dengan lainnya. Jika semua itu tidak pernah diusahakan di dalam sebuah keluarga, maka yang ada adalah sebaliknya yaitu kutuk dan penderitaan! Karena tidak melakukan semua yang firman Tuhan katakan tentang keluarga, itu sama dengan menentang firman Tuhan. Allah mengkehendaki rumah tangga Anda berjalan dengan baik dan benar di dalam Dia, tetapi kitalah yang harus beru- saha dengan sungguh-sungguh! Mulailah suami mengasihi isteri dengan baik, menghormati pasanganmu seumur dia hidup dan mendampingi Anda, memperlakukannya sebagai teman yang terbaik yang Tuhan berikan, membanggakannya dengan kata-kata yang indah selalu, dan memimpin Dia kepada kebenaran Kristus, dan memposisikan dia sebagai penolong yang Tuhan berikan untuk membantu Anda. Lakukan juga tugas Anda sebagai seorang isteri yang cakap mengurus rumah tangga yang bersama suamimu Anda telah berkomitmen. Tunduk dan menghormati suamimu sebagai seorang pemimpin atas hidupmu. Lakukan pekerjaanmu seperti kau melakukannya bagi Tuhan. Anda, sebagai anak, taatilah kedua orang tuamu. Memberontak kepada mereka adalah seperti memberontak kepada Tuhan. Tetapi umur panjang diberikan kepadamu yang mengasihi mereka dengan segenap hatimu. Jangan seperti bermain dampu di dalam pernikahanmu, di dalam keluargamu. Tuhan menciptakan dua tangan, dua kaki, supaya bisa saling menolong dan melakukan tanggung jawabnya masing-masing. Ambil peranmu di dalam keluargamu, dan kerjakan semua itu dengan penuh sukacita dan tanggung jawab.
Comments